Si Gembul dan Kekanak-kanakannya
Di kelasku ada seorang anak, gembul, lucu, jalannya lambat, wajahnya mirip seperti anak keturunan Cina dan memang dia keturunan Cina, namanya Alfi. Anaknya cerdas, penuh semangat,lucu, dan suka nangis. Satu sifat yang terakhir itulah yang membuatku sangat geram. Oh iya, satu lagi sifat bruknya, yaitu ia sangat lambat kalau tugasnya bersifat menulis. Alfi suka melamun sendirian pada saat belajar atau pun saat tugas diberikan. Ada satu lagi kebiasaannya, boleh ibilang itu adalah kebiasaan buruk yang Alfi miliki, yaitu suka ngupil dan upil itu ia jilat. Sudah beberapa kali aku memergoki Alfi menjilat tangannya yang bekas upil. Tentu saja melihat pemandangan seperti itu aku pun meneurnya, " Alfi, nggak boleh jilatin upil, itu jorok dan najis. Kalau najis artinya itu barang haram dan sesuatu yang haram itu adalah neraka sebagai balasannya, Alfi mau masuk neraka?" Setelah mendengar penjelasanku itu, akhirnya ia berhenti, tapi hanya sebentar kemudian dia ulangi kembali.
Alfi termasuk anak yang cerdas, setiap tugas yang diberikan Bunda/Ustad selalu ia kerjakan, tapi tetap dengan kelambanannya. Alfi yang sensitif dan maunya dimanja....Alfi yang selalu ikut campur bila ada teman yang berkelahi bahkan karena omongannya itu teman yang berkelahi it menjadi semakin marah kepada yang lain. Alfi yang omongannya ingin selalu didengarkan orang lain dan terkadang ia tidak ingin mendengarkan penjelasan orang lain.
Pernah aku merasa gerah dengan sifatnya, yang bagiku sangat tidak baik. Waktu itu, dia menangis dan dia langsung menarik jilbabku, aku tentu saja marah dengan tingkahnya itu.Aku katakan padanya, "Alfi, Bunda nggak suka Alfi narik jilbab Bunda !" Aku mencoba meninggikan intonasi suaraku dan perlahan matanya terlihat memerah dan tangannya mlai mengusap kedua matanya, dia menangis. Aku berlari dari hadapannya dan kbiarkan dia sendiri dan bemberi waktu untuk menyadarkan dirinya bahwa apapun yang ia lakukan pasti ada balasannya.
Cobalah lihat saja dalam kesehariannya, Alfi hampir setiap kali dia menangis dan langsng berlari ke arah Bunda kelas dan menangis sambil memeluk Bunda kelas. Kemandiriannya belum terbentuk sedikit pun.Alfi akan menangis bila dia tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Kelambanan dan sifatnya yang suka melamun itulah yang menjadi kendala bagiku, akibatnya ia akan selalu tertinggal saat mengerjakan tugas.
Akhir-akhir ini Aziz suka menngganggu Alfi, mungkin karena dia merasa Alfi anak yang lucu dan boleh dimainkan. Alfi sering marah tetapi kemarahannya itu bukannya membuat Aziz menjauhinya bahkan Alfi hampir setiap harinya menjadi objek permainan Aziz. Kalau itu terjadi tentu saja kelas menjadi ramai dengan jeritan Alfi dan teriakan Aziz yang sama-sama tak inin disalahkan.
Kadang aku merasa dengan Aziz kala sudah seperti itu, mengapa? Aziz mainin Alfi karena Aziz merasa dia adalah kakaknya Alfi tapi Alfi tidak mau menerima hal itu. Tak segan-segan Aziz memegang kepala Alfi, mengusapnya, lalu terdengarlah suara yang mengelegarkan di kelas Umar, ya tentu saja itu suara Alfi yang sedang diganggu Aziz.
Aku sekarang punya inisiatif untuk tidak terlalu memberi perhatian lebih kepada Alfi jika dia menangis dan tidak selalu memberikan tanggapan atas apapun yang disampaikannya kepadaku.Kebiasaan menangisnya yang membuatku berpikir untuk tidak memanjakan karena takut karena kemanjaan itulah yang membuat Alfi tidak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Membiarkannya menangis mungkin salah satu tips untuk menjauhkan dirinya untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain. Wallahu'alam bishowwab.
Alfi termasuk anak yang cerdas, setiap tugas yang diberikan Bunda/Ustad selalu ia kerjakan, tapi tetap dengan kelambanannya. Alfi yang sensitif dan maunya dimanja....Alfi yang selalu ikut campur bila ada teman yang berkelahi bahkan karena omongannya itu teman yang berkelahi it menjadi semakin marah kepada yang lain. Alfi yang omongannya ingin selalu didengarkan orang lain dan terkadang ia tidak ingin mendengarkan penjelasan orang lain.
Pernah aku merasa gerah dengan sifatnya, yang bagiku sangat tidak baik. Waktu itu, dia menangis dan dia langsung menarik jilbabku, aku tentu saja marah dengan tingkahnya itu.Aku katakan padanya, "Alfi, Bunda nggak suka Alfi narik jilbab Bunda !" Aku mencoba meninggikan intonasi suaraku dan perlahan matanya terlihat memerah dan tangannya mlai mengusap kedua matanya, dia menangis. Aku berlari dari hadapannya dan kbiarkan dia sendiri dan bemberi waktu untuk menyadarkan dirinya bahwa apapun yang ia lakukan pasti ada balasannya.
Cobalah lihat saja dalam kesehariannya, Alfi hampir setiap kali dia menangis dan langsng berlari ke arah Bunda kelas dan menangis sambil memeluk Bunda kelas. Kemandiriannya belum terbentuk sedikit pun.Alfi akan menangis bila dia tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Kelambanan dan sifatnya yang suka melamun itulah yang menjadi kendala bagiku, akibatnya ia akan selalu tertinggal saat mengerjakan tugas.
Akhir-akhir ini Aziz suka menngganggu Alfi, mungkin karena dia merasa Alfi anak yang lucu dan boleh dimainkan. Alfi sering marah tetapi kemarahannya itu bukannya membuat Aziz menjauhinya bahkan Alfi hampir setiap harinya menjadi objek permainan Aziz. Kalau itu terjadi tentu saja kelas menjadi ramai dengan jeritan Alfi dan teriakan Aziz yang sama-sama tak inin disalahkan.
Kadang aku merasa dengan Aziz kala sudah seperti itu, mengapa? Aziz mainin Alfi karena Aziz merasa dia adalah kakaknya Alfi tapi Alfi tidak mau menerima hal itu. Tak segan-segan Aziz memegang kepala Alfi, mengusapnya, lalu terdengarlah suara yang mengelegarkan di kelas Umar, ya tentu saja itu suara Alfi yang sedang diganggu Aziz.
Aku sekarang punya inisiatif untuk tidak terlalu memberi perhatian lebih kepada Alfi jika dia menangis dan tidak selalu memberikan tanggapan atas apapun yang disampaikannya kepadaku.Kebiasaan menangisnya yang membuatku berpikir untuk tidak memanjakan karena takut karena kemanjaan itulah yang membuat Alfi tidak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Membiarkannya menangis mungkin salah satu tips untuk menjauhkan dirinya untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain. Wallahu'alam bishowwab.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home