Artikel

Friday, March 02, 2007

Teman...Mengapa Kau Memukul Hatiku

Teman kecilku kemarin bertengkar denganku, masalahnya sepele...katanya hanya karena sebuah kelereng dia langsung memukulku... Oh ala...temanku-temanku.... Kan aku sudah bilang kepadamu, " Kelereng itu bukan untuk menjadikan pertengkaran di antara kita. Kalau itu terjadi ? Aku akan menjauh darimu. Mendingan aku tak usah main, kalau aku akan menjadi musuhmu."

Temanku... Anakku...
Tahukah kau, Temanku. Aku sangat terkejut melihat engkau menagis di sudut ruang kelas. Kau dia dan tidak mengatakan apa pun tentang masalahmu...padahal dalam hatimu ada rasa ingin mengutarakan rasa sakit di pipimu dan di pundakmu ketika kau dipukuli teman akrabmu...ya hanya karena sebuah kelereng...

Diammu ternyata membuatku bertambah bingung. Kau hanya menangis dan terus menangis. Kau menatap lantai seolah-olah si lantai bisa berbicara kepadamu sedangkan aku kau anggap...ya entahlah apa anggapanmu terhadapku.

Teman kecilku yang manis... Banyak perubahan yang aku lihat dari tingkah lakumu. Dulu, kau selalu ceria dan tak malu-malu bercerita semuanya tentang masalahmu. Dulu, juga kau tak segan-segan mengatakan kalau kau membenci seseorang, tapi kini kediamanmu membuat hatiku teriris...ya teman kecilku...

Teman kecilku...
Banyak yang ingin kukatakan kepadamu tentang rasa sayangku, tentang semua kegelisahan hatiku akhir-akhir ini...ya mungkin kegalauanku terhadap sikap dan perilakumu selama ini. Perubahan yang mencolok sangat ku perhatikan. Kulihat kau suka melamun, menyendiri, dan menjauh dari teman-temanmu. Mengapa, hai teman kecilku? Bukankah," Setiap manusia itu sama di hadapan Allah kecuali ketakwaannya saja...jadi mengapa harus menyendiri dan takut berteman dengan yang lain ??"

Teman kecilku...
Sewaktu aku melihat kau sedang termenung. Di wajah mungil itu aku menemukan kedamaian...mungkin ku saja yang merasakannya ataukah aku yang terlalu sensitif dan terlalu memikirkan dirimu dan segala aktivitasmu. Teman kecilku...aku juga bangga kepadamu... Kau memaafkan semua kesalahan orang yang pernah menyakitimu, itu pun maaf tak bersyarat yang kau berikan untuk orang yang menyakitimu...

Teman kecilku...
Terima kasih telah menjadikanku teman walau usia kita telh jauh berbeda... Semoga kau selalu berada dalam rahmah dan rahimnya Allah...Aamiin...

Friday, September 22, 2006

Car Menghapal


[darul_hikmah] Fwd: [kafe-muslimah] Cerita dari Sekolah Penghafal Qur'an Balita
eamaniez yuyukTue, 24 Jan 2006 02:05:08 -0800


kafe muslimah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
To: KafeMuslimah <[EMAIL PROTECTED]>From: kafe muslimah <[EMAIL PROTECTED]>Date: Thu, 19 Jan 2006 18:16:31 -0800 (PST)Subject: [kafe-muslimah] Cerita dari Sekolah Penghafal Qur'an Balita


Assalamu'alaikumKamis, 29 Des 2005
Seri : KisahJudul : Cerita dari sekolah penghafal Qur'an balitaCerita dari Sekolah Penghafal Qur'an BalitaSaya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk., wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.)

Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz'amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik.dll). Kemudian, si guru ngajarin ayat "wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23" dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, "walidaini", isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz 'amma.Suasana kelas juga semarak banget.

Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll. Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya). Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air akan terlalu besar, anak saya akan nyeletuk, "Mama, itu israf (mubazir)!" (Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A'raf :31 "kuluu washrabuu walaatushrifuu/makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih2an). Waktu dia lihat TV ada polisi ngejar2 penjahat, dia nyeletuk "Innal hasanaat tushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan" (Hud:114). Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa tiap kali dia ngobrol dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk "Mama, ghibah ya?" (soalnya, dia sudah belajar ayat "laa yaghtab ba'dhukum ba'dhaa"/Mujadalah:12). Anak saya (dan anak2 lain, sesuai penuturan ibu2 mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang2 ayat2 itu tanpa perlu disuruh. Ayat2 itu seolah-olah menjadi bagian dari diri mereka.

Mereka sama sekali tidak disuruh pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat ttg jilbab (An-Nur:31)! , mereka langsung minta sama ibunya untuk dipakaikan jilbab. Anak saya, ketika ingkar janji (misalnya, janji nggak main lama2, trus ternyata mainnya lama), saya ingatkan ayat "limaa taquuluu maa laa taf'alun" (As-Shaf:2).dia langsung bilang "Nanti nggak gitu lagi Ma.!" Akibatnya, jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar dari mulutnya!Setelah tanya2 ke pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti ini, tujuannya adalah untuk menimbulkan kecintaan anak2 kepada Al Quran. Anak2balita itu di masa depan akan mmpunyai kenangan indah ttg Al Quran. Saya pikir2 benar juga. Saya ingat, dulu waktu kecil pergi ke TPA (Taman Pendidkan Al Quran) di Indonesia, rasanya maless..banget (Kalo nggak dipaksa ortu, nggak jalan deh). Bagi saya, TPA identik dengan beban berat, PR yaang banyak, hapalan bejibun, guru galak, dsb. Pernah saya dengar, di sekolah Kristen anak2 diberi hadiah dan dikatakan kepada mereka bahwa itu dari Yesus. Nah, kenapa kita kaum muslim yang meyakini bahwa agama kitalah yang paling benar, tidak meniru cara ini agar anak2 merasa cinta kepada Allah dan Quran? Bagaimanapun, dunia anak2 adalah dunia materi.

Mereka baru bisa mencerap hal2 yang nyata, seperti hadiah (dan belum paham, pahala itu apa). Para orangtua teman sekelas anak saya juga pada cerita bahwa anak2nya malah nangis kalau nggak diajak ke ! sekolah. Malah, buat anak saya, ancaman tidak diantar ke sekolah adalah ancaman paling ampuh, kalau dia nakal (dia akan langsung nangis, hehehe...mamanya nakal ya?).Metode pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini diciptakan oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau yang pertama pada usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri, sudah hapal seluruh juz Al Quran, berikut maknanya, hapal topik2nya (misalnya, ditanyakan, coba sebutkan ayat2 mana saja yg berbicara ttg akhlak kepada orangtua, dia akan menyebut, ayat ini..ini..ini..), dan mampu bercakap-cakap dengan bahasa Al Quran (misalnya ditanya; makanan favoritmu apa, dia akan menjawab "Kuluu mimma fil ardhi halaalan thayyibaa" (Al Baqarah:168). Anak kedua juga memiliki kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat, mungkin usia 6 atau 7 tahun. Keberhasilan anak2 Sayyid Thabathabi itu benar-benar fenomental ( bahkan anak pertamanya diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ulumul Quran oleh sebuah universitas di Inggris ), sehingga sejak itu, gerakan menghapal Quran untuk anak-anak kecil benar2 digalakkan di Iran. Setiap anak penghapal Quran dihadiah! i pergi haji bersama orang-tuanya oleh negara dan setiap tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran

( jumlah ini lebih banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan dari sekolah2 lain ). Salah satu tujuan Iran dalam hal ini ( kata salah seorang guru ) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin memecah-belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran itu beda/ lain daripada yg lain.Saya pernah diskusi dgn teman saya dosen ITB, dia mengatakan bahwa metode seperti itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak akan melihat gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara membabi-buta, malah akan membuntukan otak anak. Selain itu, menurut guru di Jamiatul Quran ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang menghapal Quran dengan melalui proses isyarat ini (jadi mulai sejak balita sudah masuk ke sekolah itu) lebih berhasil dibandingkan anak-anak yang masuk ke sana ketika usia SD. Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman atas artinya jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila dibandingkan dengan hapal cangkem (mulut).
Wassalam Semoga Bermanfa'at.

Wednesday, September 20, 2006

Si Gembul dan Kekanak-kanakannya

Di kelasku ada seorang anak, gembul, lucu, jalannya lambat, wajahnya mirip seperti anak keturunan Cina dan memang dia keturunan Cina, namanya Alfi. Anaknya cerdas, penuh semangat,lucu, dan suka nangis. Satu sifat yang terakhir itulah yang membuatku sangat geram. Oh iya, satu lagi sifat bruknya, yaitu ia sangat lambat kalau tugasnya bersifat menulis. Alfi suka melamun sendirian pada saat belajar atau pun saat tugas diberikan. Ada satu lagi kebiasaannya, boleh ibilang itu adalah kebiasaan buruk yang Alfi miliki, yaitu suka ngupil dan upil itu ia jilat. Sudah beberapa kali aku memergoki Alfi menjilat tangannya yang bekas upil. Tentu saja melihat pemandangan seperti itu aku pun meneurnya, " Alfi, nggak boleh jilatin upil, itu jorok dan najis. Kalau najis artinya itu barang haram dan sesuatu yang haram itu adalah neraka sebagai balasannya, Alfi mau masuk neraka?" Setelah mendengar penjelasanku itu, akhirnya ia berhenti, tapi hanya sebentar kemudian dia ulangi kembali.

Alfi termasuk anak yang cerdas, setiap tugas yang diberikan Bunda/Ustad selalu ia kerjakan, tapi tetap dengan kelambanannya. Alfi yang sensitif dan maunya dimanja....Alfi yang selalu ikut campur bila ada teman yang berkelahi bahkan karena omongannya itu teman yang berkelahi it menjadi semakin marah kepada yang lain. Alfi yang omongannya ingin selalu didengarkan orang lain dan terkadang ia tidak ingin mendengarkan penjelasan orang lain.

Pernah aku merasa gerah dengan sifatnya, yang bagiku sangat tidak baik. Waktu itu, dia menangis dan dia langsung menarik jilbabku, aku tentu saja marah dengan tingkahnya itu.Aku katakan padanya, "Alfi, Bunda nggak suka Alfi narik jilbab Bunda !" Aku mencoba meninggikan intonasi suaraku dan perlahan matanya terlihat memerah dan tangannya mlai mengusap kedua matanya, dia menangis. Aku berlari dari hadapannya dan kbiarkan dia sendiri dan bemberi waktu untuk menyadarkan dirinya bahwa apapun yang ia lakukan pasti ada balasannya.

Cobalah lihat saja dalam kesehariannya, Alfi hampir setiap kali dia menangis dan langsng berlari ke arah Bunda kelas dan menangis sambil memeluk Bunda kelas. Kemandiriannya belum terbentuk sedikit pun.Alfi akan menangis bila dia tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Kelambanan dan sifatnya yang suka melamun itulah yang menjadi kendala bagiku, akibatnya ia akan selalu tertinggal saat mengerjakan tugas.

Akhir-akhir ini Aziz suka menngganggu Alfi, mungkin karena dia merasa Alfi anak yang lucu dan boleh dimainkan. Alfi sering marah tetapi kemarahannya itu bukannya membuat Aziz menjauhinya bahkan Alfi hampir setiap harinya menjadi objek permainan Aziz. Kalau itu terjadi tentu saja kelas menjadi ramai dengan jeritan Alfi dan teriakan Aziz yang sama-sama tak inin disalahkan.

Kadang aku merasa dengan Aziz kala sudah seperti itu, mengapa? Aziz mainin Alfi karena Aziz merasa dia adalah kakaknya Alfi tapi Alfi tidak mau menerima hal itu. Tak segan-segan Aziz memegang kepala Alfi, mengusapnya, lalu terdengarlah suara yang mengelegarkan di kelas Umar, ya tentu saja itu suara Alfi yang sedang diganggu Aziz.

Aku sekarang punya inisiatif untuk tidak terlalu memberi perhatian lebih kepada Alfi jika dia menangis dan tidak selalu memberikan tanggapan atas apapun yang disampaikannya kepadaku.Kebiasaan menangisnya yang membuatku berpikir untuk tidak memanjakan karena takut karena kemanjaan itulah yang membuat Alfi tidak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Membiarkannya menangis mungkin salah satu tips untuk menjauhkan dirinya untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain. Wallahu'alam bishowwab.

Kalah itu bukan suatu kesalahan, Anakku..

Tadi pagi, ketika ak menajar Bahasa Indonesia di kelasku, aku enemukkan keunikan kembali. Memang hal itu bukan sesuatu yang bagus, tapi ak ingin menceritakannya kepada siapapun yang mau mendengar dan berbagi pengalaman. Keadaan seperti itu bukan terjadi hanya pada pagi hari ini saja. Sudah yang kedua kali kudapatkan seorang anak didikku, namanya Fatur menangis. Pada dasarnya semua anak di kelas kadang menangis, tapi untukku Fatur adalah anak yang mandiri, kenapa aku bisa bilang seperti itu? Fatur, bagiku anak yang cerdas, penuh inisiatif, dan mandiri...pikirku sebelum kejadian yang pertama. Tadi, setelah aku bercerita tentang kisah Umar dan Ali ra menegakkan keadilan, aku memberikan pertanyaan, pertanyaan yang alakadarnya sesuai dengan isi cerita yang telah dibacakan itu pun hanya 4 pertanyaan dan aku yakin semuanya pasti selesai mengerjakan tgas yang kuberikan itu.

Anak kelasku pada dasarnya semua suka mendengarkan cerita, termasuk Fatur. Sudah kadarnya sebagai seorang anak, saat temannya membacakan cerita dan anak yang tidak membaca dan tidak begitu tertarik dengan pembacaan cerita ribut sehingga kelas riuh. Fatur pun ke depan kelas dan mencoba mendengarkan cerita yang dibacakan temannya dengan serius walaupun suara riuh anak-anak tidak juga berhenti.

Cerita dibacakan oleh anak-anak sebanyak 2 kali dan pembacaan yang terakhir aku yang baca. Ketika itu suasana kelas sedikit redam, diam sejenak lalu perlahan riuh kembali.Kegelisahan terlihat di wajah Fatur.Nah, saat pertanyaan kuberikan terutama," Ceritakan kembali cerita tadi dengan mengunakan bahasa sendiri". Kemudian raut wajahnya terlihat muram dan matanya mulai berkaca-kaca dan menangis...

Kudekati ia, kepegang rambutnya dan kukatakan padanya, " Fatur, Fatur tuh ngak pernah dapat nilai kecil, selalu ranking, dan selalu bisa menjawab pertanyaan makanya Fatur nangis. Bunda tahu kalau Fatur menangis karena Fatur ingin menjadi yang terbaik, tapi tidak Bunda yakin Fatur bisa mengerjakan soal yang bunda berikan itu dengan baik. Kalah atau tidak bisa itu bukan suatu kesalahan, Fatur..." Wajah terakhirnya di Pelajaran Bahasa Indonesia, muram, tertunduk, dan matanya merah...

Tuesday, July 04, 2006

Bercerita

Mungkin tak seorang pun anak yang tidak suka mendengarkan cerita, baik itu kisah nyata ataupun khayalan belaka, misalnya dongeng. Cerita pun bukan hanya milik anak, akan tetapi setiap lapisan usia, baik itu orang dewasa pun menyukai cerita, namun dalam bentuk atau format yang berbeda. Pernah suatu kali, si sebuah kelas I SDIT Al Furqon, pada saat anak diajak berdongeng, baru disadari bahwa mereka sangat menyukai cerita dan cerita menggugah anak untuk berimajinasi sehingga anak menjadi kreatif.

Kegiatan mendongeng atau bercerita sepertinya tidak bisa dianggap remeh, sehingga setelah si Ustad selesai mendongeng, anak diminta untuk membuat suatu cerita atau dongeng. Betapa terkejutnya, saat seorang anak ikhwan bertutur dalam sebuah cerita bergambar. Cerita yang ditampilkan pun sangat sederhana, ia hanya menggabungkan apa yang pernah ia tonton dengan hewan yang ia anggap pantas untuk dijadikan tokoh cerita. Anak itu bercerita dan cerita yang dihasilkan berbeda dari anak-anak yang lain, seperti Kisah Kancil dan Buaya atau Cinderela. Sungguh menarik dan uniks ceritanya ! Gambaran berupa coretan tak teratur itu dan layaknya benang kusut…membuat cerita yang ia hasilkan bertambah unik.

Coba bayangkan dampak bercerita dan bila hal itu dilakukan pada mata pelajaran, mungkin pelajaran yang membosankan bisa menjadi menyenangkan. Banyak hal yang bisa kita peroleh dari bercerita. Tak terasa kedekatan emosi dengan si tokoh dalam cerita akan kita rasakan. Nasihat yang ada di dalam cerita akan lebih tertanam dalam benak seseorang, apalagi jika itu terjadi pada diri anak-anak. Bisa jadi perintah yang kita berikan kepada anak tidak akan langsung di dengar, tetapi dengan bercerita kita menggiring anak untuk mengikuti perintah atau apa yang diinginkan dalam sebuah cerita.

Adalah sesuatu yang salah bila seorang dewasa mengatakan,” Aku tidak bisa bercerita !” Bisa dikatakan itu merupakan opini yang salah ! Boleh saja kita berkata,” Setiap orang mampu bercerita, tetapi membuat pendengar duduk mendengarkan atau membaca cerita serta menghayati isi cerita kita…..itulah yang perlu dipelajari. Dengan intonasi suara, mimik wajah, dan gesture yang tepat maka sebuah cerita akan terasa lebih hidup. Jika ketiga hal itu kita tampilkan dalam sebuah cerita, maka bisa jadi perilaku yang kita harapkan, yaitu perilaku baik si tokoh cerita juga akan kita temui dalam diri anak didik kita. Sekarang, cobalah untuk bercerita apa saja !

PLG, 16/06/’06